BeritaEsport – Selama berlangsungnya CCT Series 2 yang baru saja berakhir, Ivan “Kidaro” Bondarev, pemain dari tim Dandelions, berbicara dengan kami tentang perkembangan Dota 2, khususnya di kancah kompetisi tier 2. Dalam wawancara ini, kami tidak hanya membahas dampak absennya Dota Pro Circuit (DPC) pada ekosistem kompetitif, tetapi juga mengulas bagaimana patch terbaru, 7.37, mempengaruhi meta permainan. Kidaro memberikan pandangannya yang menarik tentang lanskap kompetisi Dota 2 saat ini dan bagaimana masa depan permainan ini terlihat semakin cerah.
Memilih Dota 2: Sebuah Tantangan yang Mengasah Otak
Ketika ditanya mengapa memilih Dota 2 di antara banyak permainan lainnya, Kidaro menjelaskan bahwa baginya. Dota 2 adalah sistem yang kompleks dan tertutup yang memberikan tantangan intelektual yang luar biasa. “Dota 2 adalah permainan yang selalu menantang pikiran Anda. Setiap kali Anda mencoba sesuatu yang baru atau mencurahkan energi Anda ke dalamnya, permainan ini akan selalu membuat Anda berpikir lebih dalam,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa Dota 2 tidak hanya mengasah keterampilan dalam permainan. Tetapi juga memberikan pelajaran berharga yang berguna dalam kehidupan nyata, seperti keterampilan sosial dan pemecahan masalah.
Dukungan Keluarga dalam Perjalanan Profesional
Tidak semua pemain esports mendapatkan dukungan dari keluarga mereka. Namun, Kidaro merasa beruntung memiliki nenek yang sangat mendukung keputusannya untuk mengejar karier di Dota 2. “Ketika saya masih muda dan mulai menyadari bahwa saya bisa bersaing secara profesional. Saya berbicara dengan nenek saya. Dia selalu mendukung keinginan saya. Dengan mengatakan bahwa jika ini yang membuat saya bahagia. Maka saya harus mencobanya,” kenang Kidaro. Dukungan ini memberinya keyakinan untuk terus mengejar mimpinya bahkan setelah menyelesaikan studinya.
Inspirasi dari Dendi dan Artstyle
Kidaro juga berbagi tentang tokoh-tokoh yang menginspirasi kariernya di dunia Dota 2. “Ketika saya pertama kali menemukan Dota profesional di masa DotA 1, saya sangat tertarik dengan tim DTS yang berasal dari kota asal saya, Dnipro,” ujarnya. Ia mengidolakan pemain-pemain legendaris seperti Dendi dan Artstyle yang kemudian bergabung dengan tim Natus Vincere (NAVI). Mengenal Dendi secara langsung dalam beberapa musim terakhir juga memberinya banyak pelajaran berharga. Yang membantu Kidaro berkembang sebagai pemain.
Pengalaman Berharga dengan Tim Profesional
Kidaro telah bermain dengan berbagai tim selama kariernya, tetapi pengalaman bersama Chicken Fighters dan Into the Breach (ITB) di sistem DPC menjadi momen penting baginya. “Selama bersama mereka, saya belajar bagaimana memposisikan diri sebagai pemain profesional sejati,” katanya. Kidaro menekankan pentingnya bermain dengan orang yang sama secara konsisten untuk meningkatkan kemampuan bersama, bukan hanya didorong oleh emosi atau intuisi semata.
Kidaro juga terinspirasi oleh filosofi Notail, yang melihat Dota bukan hanya sebagai permainan kompetitif tetapi juga sebagai tempat untuk bermain dengan sahabat terdekat. “Ini bukan hanya tentang memenangkan turnamen, tetapi tentang meraih kemenangan bersama orang-orang yang Anda anggap sebagai keluarga,” katanya, menunjukkan bagaimana perspektif ini membantunya membangun profil sebagai pemain yang lebih matang dan bijak.
Tantangan di Kancah Kompetitif Tier 2
Kidaro juga berbicara tentang tantangan yang dihadapi tim-tim di kancah tier 2, terutama terkait dengan stabilitas roster. “Di tingkat 1,5 atau tier 2, kami sering bermain satu sama lain, dan ini seperti arena gladiator. Kami saling meningkatkan kemampuan, dan ketika ada yang berhasil naik ke tier 1. Mereka sudah siap karena sudah terbiasa bermain di lingkungan kompetitif ini,” jelasnya.
Ia juga mencatat bahwa banyak pemain muda berbakat dari tier 2 sering direkrut oleh tim-tim tier 1 yang membutuhkan penyegaran roster, seperti yang baru-baru ini terjadi dengan tim-tim besar yang merekrut pemain dari tier 2 setelah perubahan besar di TI12.
Pengawasan Ketat di Tim-Tim Tier 1
Kidaro juga mengamati bahwa tim-tim besar seperti Secret, Nigma, dan OG sering merasa diawasi karena ekspektasi yang tinggi terhadap mereka. “Mereka merasa ada tekanan untuk terus tampil di level tertinggi, dan itu membuat mereka selalu waspada,” katanya. Hal ini menunjukkan bahwa persaingan di level tertinggi Dota 2 tetap ketat. Setiap tim harus selalu siap menghadapi tantangan dari pemain-pemain baru yang muncul dari kancah tier 2.
Wawancara ini memberikan gambaran tentang bagaimana Dota 2 telah berkembang menjadi lebih dari sekadar permainan; ini adalah arena di mana keterampilan, strategi, dan ikatan emosional berperan penting dalam meraih kesuksesan. Kidaro percaya bahwa masa depan Dota 2 cerah dan bahwa permainan ini sedang berada di masa keemasannya. “Dota 2 adalah perjalanan yang menantang. Tetapi itulah yang membuatnya begitu memikat. Ini benar-benar zaman keemasan Dota 2,” tutupnya dengan penuh keyakinan.