BeritaEsport – DOTA 2, salah satu game MOBA paling legendaris dan tertua di dunia, saat ini menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan komunitas pemainnya. Meski menjadi pionir dalam genre MOBA, basis pemain DOTA 2 kian berkurang, terutama di Indonesia. Beberapa faktor menjadi penyebabnya, termasuk akses perangkat yang lebih terbatas, waktu bermain yang panjang. Serta mekanik permainan yang kompleks dan kurang ramah bagi pemain baru.
Tantangan DOTA 2: Kompleksitas dan Basis Pemain yang Menurun
DOTA 2 telah lama dikenal sebagai game yang menuntut strategi mendalam dan keterampilan tinggi. Membuatnya seringkali sulit bagi pemain pemula. Berbeda dengan game MOBA lain yang lebih mudah diakses. DOTA 2 tidak dirancang untuk semua perangkat dan membutuhkan komitmen waktu yang cukup besar. Bagi banyak pemain baru, mekanisme rumit dan hero dengan kemampuan yang sulit dikuasai menjadi tantangan yang menghambat mereka untuk menekuni permainan.
InYourdreaM: Inspirasi dari Honor of Kings
InYourdreaM, mantan pemain profesional DOTA 2 yang kini bermain di tim Dominator Esports untuk game Honor of Kings (HOK). Menyarankan agar DOTA 2 belajar dari kesuksesan HOK dalam mempertahankan komunitasnya. Dia menyebutkan bahwa HOK telah berhasil membangun komunitas dengan cara yang berbeda, yaitu melalui pengembangan turnamen kecil yang mencakup basis komunitas dari akar rumput. HOK dapat melibatkan pemain di berbagai tingkat dan mendorong semangat komunitas yang berkelanjutan.
“Menurut saya, DOTA 2 bisa coba untuk menjaga komunitas dengan membangun turnamen kecil-kecilan antar komunitas, bukan hanya turnamen besar untuk tim-tim pro,” ungkap InYourdreaM. Dia menambahkan bahwa strategi ini bisa menjadi langkah awal untuk kembali menarik minat pemain di Indonesia.
Acer Predator League 2025: Harapan Baru untuk DOTA 2 di Indonesia
Acer Predator League 2025 memberikan secercah harapan untuk komunitas DOTA 2 di Indonesia. InYourdreaM optimistis bahwa turnamen semacam ini dapat memberikan dorongan bagi komunitas yang mulai meredup. Dia percaya bahwa kompetisi lokal seperti ini tidak hanya dapat menarik minat kembali ke DOTA 2 tetapi juga membuka peluang bagi talenta baru untuk tampil di panggung nasional dan internasional. Kompetisi semacam ini dapat membantu melahirkan pemain berbakat yang bisa berkontribusi pada skena profesional DOTA 2, seperti halnya Whitemon.
Membangun Masa Depan DOTA 2 Melalui Komunitas Lokal
Untuk DOTA 2, mengembalikan kejayaannya memerlukan pendekatan yang mendukung pemain dari berbagai tingkat keterampilan. InYourdreaM merekomendasikan agar DOTA 2 mempertimbangkan penyelenggaraan turnamen kecil di tingkat komunitas lokal. Yang dapat mendorong antusiasme dan keterlibatan pemain. Dengan membangun kembali komunitas dari akar rumput dan menciptakan ruang bagi pemain baru untuk berkembang. DOTA 2 berpotensi untuk kembali meraih popularitas di Indonesia dan membangun generasi baru pemain profesional yang siap bersaing di panggung global.
DOTA 2 memiliki peluang besar untuk kembali mendapatkan tempat di hati para penggemarnya, namun diperlukan adaptasi dalam pendekatan komunitas, terutama dengan memanfaatkan kompetisi lokal sebagai ajang pengembangan bakat-bakat baru di dunia esports.